Senin, 28 September 2009

Refleksi Mudik

Mudik adalah salah satu momentum budaya yang berkait erat dengan tradisi 'sungkeman', lebaran dalam tradisi jawa atau ajang silaturahmi dalam tradisi islam.
Kata mudik berasal dari kata 'udik' yang berarti kampung. Kata 'udik' mendapat awalan 'm(eng)'- m(eng)-udik berarti kembali ke kampung atau pulang kampung. Aktivitas mudik ini dilakukan oleh orang-orang kampung yang mengais kehidupan di kota, merantau. Kaum urban, menurut istilah sekarang.
Semakin bertambahnya kaum urban dalam setiap tahun memunculkan fenomena baru, tantangan baru, peluang baru dan masih banyak lagi hal-hal baru yang timbul dari budaya mudik ini. Kalau tradisi mudik 10-20 tahun yang lalu, mungkin, hanya pemerintah yang 'disibukkan' untuk menyediakan sarana tranportasi, angkutan lebaran. Tetapi belakangan ini,hampir semua orang jadi sibuk mengais keuntungan dari tradisi mudik ini. Mulai dari penyewaan mobil, penyediaan fasilitas-fasilitas khusus dari setiap agen perjalanan, operator seluler, produk-produk yang menunjang aktifitas mudik seperti minuman/makanan suplemen, minyak pelumas bagi kendaran, dan masih banyak lagi yang memanfaatkan momentum mudik ini sebagai ajang bisnis musiman.
Mudik adalah perjuangan.
Bagi sebagian orang, tradisi mudik adalah suatu berkah. Tapi bagi sebagian yang lain mudik berarti perjuangan. Orang rela melakukan apa saja demi mudik. Sebagian rela berdesak-desakan di atas kereta api berjam-jam, sampai sulit bernafas. Ada juga yang rela berkendara motor dengan seabrek barang bawaan plus anak dan istri. Ada juga yang naik truk dsb.
Mudik. Ya, mudik tetaplah mudik. Tradisi tahunan yang berkait erat dengan keutuhan kerabat, silaturahmi dan sungkem sembah bekti kepada famili. Mudik tetap saja menjadi tradisi unik, menarik dan asyik...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar